Kereta Pasundan pagi itu membawa kami melesat menuju kota Surabaya. Tengah malam buta, aekitar pukul 11.30 saya dan suami akhirnya tiba di stasiun Gubeng dan menunggu guide kami menjemput. Sambil menunggu, kami makan malam di dekat masjid stasiun. Menunya nasi Rawon dan pecel. Lumayan enak dan murah.
Sekitar pukul setengah 3 pagi, akhirnya sebuah mobil Kijang Innova menjemput kami untuk membawa kami ke homestay di kota Banyuwangi. Disana kami berkenalan dengan 13 traveler lainnya. Masih mengantuk, kami meneruskan tidur malam itu di mobil dan dibangunkan pukul 08.00 pagi untuk sarapan di salah satu restoran.
Perjalanan Surabaya – Banyuwangi memakan waktu sekitar 7 jam. Tujuan kami hari itu adalah ke Taman Nasional Baluran – Situbondo. Pukul 10.00 pagi itu kami tiba di homestay. Mandi dan makan siang, setelah dzuhur rombongan pun siap menuju Taman Nasional Baluran yang letaknya ternyata tak jauh dari homestay kami. Hanya memerlukan waktu 5menit untuk menuju gerbang Taman Nasional Baluran.
Proses beli tiket selesai, kami mulai menelusuri jalanan setapak. Menembus hutan jati yang rapat dan teduh. Kondisi jalan memang tak terlalu bagus sehingga mobil berjalan pelan. Memerlukan waktu 45 menit untuk sampai di padang savanna bak berada di daratan Afrika itu.
Kawasan Taman Nasional Baluran terletak di Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Situbondo, Provinsi Jawa Timur. Batas wilayah sebelah utara adalah Selat Madura, sebelah timur Selat Bali, dan di tengah kawasan ini terdapat Gunung Baluran yang sudah tidak aktif lagi. Namun menjadi pemandangan yang cantik ketika kita melihat padang savana dari kejauhan.
Taman Nasional Baluran merupakan Hutan kering di Pulau Jawa, Sekitar 40% kawasan ini identik dengan vegetasi savana. Lokasi nya juga sangat mudah di capai karna berada di jalur utama Situbondo – Banyuwangi. Jadi perjalanan dari surabaya cukup ambil rute ke Banyuwangi dengan rute pantai utara melewati situbondo. Sebelum masuk Taman Nasional nya akan di suguhkan hutan jati yg sangat indah.
Taman Nasional Baluran merupakan perwakilan ekosistem hutan kering di Pulau Jawa, terdiri dari tipe vegetasi savana, hutan mangrove, hutan musim, hutan pantai, hutan pegunungan bawah, hutan rawa, dan hutan yang selalu hijau sepanjang tahun. Untuk Anda pencinta fotografi sebaiknya datang ke sini pada saat musim kemarau, pada bulan Juni-Juli-Agustus karena air di hutan kering, dan rumput berwarna kuning.
Namun kemarin yang masih terhitung musim hujan, rumput di Baluran masih kehijauan. Beruntungnya, kami masih bisa menemui kawanan rusa dan banteng yang bergerombol bahkan berkejar-kejaran. Satwa-satwa ini sangat pemalu, karena jika ada mobil yang mendekat saja mereka akan kabur masuk ke dalam hutan.
Kami pun menemukan banyak tulang belulang rusa dan banteng di hamparan savana. Kebanyakan dari mereka mati tua ataupun mati diserang kawanan predator.
Bagi pecinta fotografi, setiap sudut Baluran punya cerita tersendiri. Ada banyak pohon-pohon yang berdiri tegak sendiri sehingga menghasilkan landscape yang epik.
Dilatarbelakangi Pegunungan Baluran, berdiri di tengah-tengah savana membuat kita merasa benar-benar tengah di Africa.
Pulang dari Baluran, kami memutuskan untuk menghabiskan sore kami di Pantai Bama. IMHO, pantai ini tidak secantik yang diberitakan. Mungkin karena ada banyak phon mangrove, pesisir pantai Bama menjadi sedikit kotor oleh lumpur dan lumut hijau.
Disinipun kita tidak bisa bersantai-santai dikarenakan ada banyak sekali monyet liar. Jangan sekali-kali mengganggu mereka karena bisa jadi anda bisa dikejar. Lengah sedikit, bawaan anda bisa diambil oleh monyet-monyet tersebut.
Di Pantai Bama kita bisa menyewa perahu untuk berkeliling Taman Nasional. Selain itu disini juga merupakan spot snorkeling yang cukup bagus, tetapi Anda harus agak ke tengah sedikit dan bisa melihat banyak ikan dan biota laut.
IREZTIA WORLD 